Pekan ini pikiran saya benar-benar hyper aware kalau ini dan itu adalah yang terakhir di bulan Ramadhan: Jumat terakhir, sholat maghrib terakhir, sholat isya terakhir, sholat tarawih terakhir, sahur terakhir, dan sholat shubuh terakhir.
Saya sadar ini pertanda saya memasuki fase post-ramadhan blues, kegalauan pasca Ramadhan, sindrom yang kian menghebat semakin saya menua. Kegalauan tersebut adalah rangkuman berbagai perasaan. Ada perasaan sedih karena Ramadhan akan pergi. Ada kekecewaan pada diri sendiri dan penyesalan karena pelaksanaan dan pencapaian Ramadhan tahun ini lebih buruk dari tahun lalu. Ada rasa cemas karena siapa sih yang nggak cemas dengan masa depan (dunia dan akhirat)? Tapi selalu ada harapan untuk mendapat semua kebaikan dunia dan akhirat.
Yang memperparah post-ramadhan blues tahun ini adalah sepenggal nasihat dari orangtua. "Pulanglah. Nenek ingin semua berkumpul lebaran ini. 'Mungkin untuk yang terakhir kali...,' katanya."
Tidak. Reaksi pertama adalah penolakan atas manipulasi dan pemerasan emosional. Jangan katakan 'untuk yang terakhir kali'.
Sudah beberapa tahun belakangan ini, saya memang menghindari lebaran bersama. Tetap mudik, sih, tetapi setelah orang-orang kembali dari mudik. Rasio menuntut untuk hemat ongkos dan hemat tenaga (fisik dan mental). Tapi, entah kenapa, kali ini hati kecil dan rasio seia sekata, mendorong saya untuk menuruti keinginan tersebut.
Probabilitas 'yang terakhir' memang membesar setiap tahun. Tapi kali ini ada yang lain. Ada kecemasan yang menguat, menuntut saya menghindari penyesalan melewatkan lebaran bersama tahun ini, yang bisa jadi lebaran yang terakhir bersama Nenek. Entahlah. Semoga kecemasan tersebut tidak terwujud.
Saya segera menyiapkan perjalanan. Seadanya.
Lalu berita itu datang. "Nenek terjatuh di kamar mandi, " diikuti rincian cidera yang dialami. "Untungnya cepat ditangani," kata Ibu, yang diakhiri dengan pernyataan, "kamu benar-benar ditunggu..."
Saya terdiam merenung. Inikah kecemasan itu?
Tentu, saya berharap agar diberi kesempatan bertemu Ramadhan berikutnya, bersama orang-orang tercinta. Tapi bagaimana jika ini adalah Ramadhan 'yang terakhir'?
Hari ini, hari terakhir Ramadhan 1438 Hijriyah.
Noe21, alhamdulillah berkat kunjungan Noe21 ke blog bunda, jadilah bunda berada di sini. Postingan dengan judul YANG TERAKHIR benar-benar membuat Bunda terhenyak, sesuatu setiap tahun selalu bergantung di hati bunda "Akankah ini Yang Terakhir" buatku. Namun Allah selalu memiliki kehendakNya yang tak terbantahkan Nyatanya hingga saat ini Bunda masih diberinya tenaga untuk menghirup nafas segar milikNya. Aamiin. Mana postingan lain di tahun 2018, noe21?
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung, Bunda.
DeleteAhahaha, 2018 ini saya agak lalai. Semoga bisa mencontoh Bunda dalam berkarya...