Dari tuan rumah terdekat yang hampir ketinggalan awal rakaat pertama, hingga sholat 'ied yang kelupaan bertakbir di rakaat kedua, Ramadhan dan 'Iedul Fitri tahun ini meneguhkan fakta bahwa manusia rentan khilaf.
Di kampung, sholat 'ied dilakukan di jalan utama. Spanduk besar yang sudah terpajang sejak Jum'at lalu — juga spanduk tahun-tahun sebelumnya — menyebutkan rencana sholat 'ied pada pukul setengah tujuh pagi dan penutupan jalan tersebut. Diharapkan, warga yang ingin sholat 'ied di tempat lain bisa menyesuaikan jadwal — mereka harus pergi keluar kompleks lebih pagi sebelum jalan dipadati jama'ah 'ied.
Sayang, harapan tersebut tertulis kecil di baris paling bawah, senasib dengan kalimat "syarat dan ketentuan berlaku" pada banyak kupon-kupon diskon jaman now. Jadi wajar jika beberapa mobil terpaksa berbalik arah karena terhalang kami yang akan sholat 'ied. Ada pula yang akhirnya berhenti dan penumpangnya memilih sholat 'ied bersama kami.
Setelah lahan jalan tampak penuh — di kejauhan masih terlihat sejumlah orang berduyun-duyun mendekat untuk ikut sholat — sholat 'ied pun dimulai. Para jama'ah berdiri, imam sholat mengingatkan tentang rukun sholat 'ied dan mengucapkan niat, bersiap takbiratul ikhram.
Tiba-tiba dari arah kanan, terdengar gemuruh kunci gembok beradu dengan rantai-rantai, pintu gerbang besi yang terbuka kemudian tertutup, diikuti gemuruh kunci gembok beradu lagi dengan rantai-rantai. Kemudian terdengar suara alas kaki menapak terburu-buru. Ujung mata pun menangkap sesosok bayangan berkelebat, dengan cepat melewati baris-baris jama'ah perempuan menuju area jama'ah pria.
Untunglah, imam segera memulai sholat. Saya terpaksa fokus pada sholat 'ied dan mematikan benih prasangka, "kok bisa (lalai)? Padahal sholat 'ied ini terjadi di depan rumah sendiri." Saya segera larut dalam sholat 'ied.
Mungkin saking larutnya, pada duduk tahiyatul akhir saya baru sadar kalau kami tidak bertakbir lima kali pada rakaat kedua. Apa yang terjadi? Ternyata imam sholat khilaf melewatkan bertakbir pada rakaat kedua. Meski demikian, "sholat 'ied tetap sah," beliau menenangkan jama'ah. Hmmm...
Saya mendengarkan khutbah, namun pikiran saya tidak bisa beralih dari kealpaan tadi. Lagi-lagi "kok bisa?" padahal beberapa menit sebelumnya kami diingatkan tentang rukun sholat 'ied. Kok tidak ada yang mengingatkan? Bukankah ada tata cara mengingatkan imam? Karena ngeri juga kalau ternyata seluruh jamaah lupa dan, seperti saya, baru ingat belakangan menjelang sholat berakhir. Apakah kita mulai merasa nyaman membiarkan kesalahan karena merasa akan ada orang lain yang mengoreksi? Atau yang lebih ngeri lagi, kita tidak peduli?
Semoga tidak demikian adanya. Semoga kesalahan kami dimaafkan. Semoga amalan kami pagi ini, beserta amalan kami sepanjang bulan ramadhan tahun ini, diterima.
"Dan jadikanlah kami orang-orang yang memberi hidayah dan menerimanya..."
Selamat 'Iedul Fitri 1440 Hijriyah...
No comments
Post a Comment